Mostar
Pada arus sungai Neretva yang lembut. Ada rindu yang hanyut. Lelaki itu berdiri di atas jembatan Stari Most, memejamkan mata, berdoa, lalu terjun kedalam sungai.
Ia lalu berenang keluar dari dalam air, tersenyum dan mulai bersyair. Telah ku datangi kotamu, Safia.
Rindu telah membawaku ke Mostar. Ini kota yang indah. Ilmu dan pengetahuan dilantunkan di serambi-serambi madrasah.
Aku hanya butuh segelas kopi madu. Mari kita berjumpa. Akan kuceritakan padamu rempah-rempah di dapur rumah kami.
Ada cengkih, pala dan lada. Aku Hamzah, Safia. Aku laki-laki dari Al-Mulk. Berlayar dari Timur Jauh. Membawa rindu dan setangkai cengkih untukmu.
(Nai Mendes)
Kamas mata, Fatcey 2024