Kali Baleha Meluap, Warga Tangguh Pemda Sigap

Foto: Namrin Kemhay Zed. Anggota Polsek Sanana saat membantu evakuasi warga di Kali Baleha

Oleh: Mohtar Umasugi 

Hujan deras yang mengguyur sejak sore hingga malam ini menyebabkan Kali Baleha di Desa Baleha meluap.

Air sungai meluber ke pemukiman warga dan jalanan utama desa, menghambat arus lalu lintas dan mengancam keselamatan masyarakat yang baru saja kembali dari aktivitas refreshing di Tanjung Waka.

Dalam situasi darurat tersebut, saya menyaksikan siaran langsung dan video lewat WhatsApp Grup bagaimana aparat kepolisian bersama para pemuda Desa Baleha bahu-membahu mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman.

Ada anak-anak yang dituntun bahkan digendong oleh beberapa anggota Polsek Sanana menyusuri genangan air. Sebagai warga, saya merasa terharu dan bangga atas kepedulian sosial ini.

Namun di balik itu, ada keresahan mendalam tentang mengapa banjir luapan ini terus berulang setiap kali hujan deras mengguyur. Kali Baleha dulunya bukan sungai yang mudah meluap. Namun dalam beberapa tahun terakhir, luapan seperti ini menjadi makin sering.

Dalam kacamata pakar lingkungan, fenomena ini erat kaitannya dengan dua hal utama: perubahan tata guna lahan dan kerusakan daerah tangkapan air (catchment area).

Hutan-hutan kecil dan vegetasi di sekitar bantaran kali yang dulu berfungsi sebagai penyangga air kini semakin berkurang, baik karena pembukaan lahan secara ilegal maupun perubahan fungsi menjadi kawasan permukiman atau kebun ( ladang ) tanpa perencanaan yang ramah lingkungan.

Dr. Syarifudin Abdurrahman, pakar lingkungan hidup dari Universitas Khairun Ternate, pernah menjelaskan bahwa

“sungai yang kehilangan vegetasi di hulu dan tepiannya akan kehilangan kapasitas untuk menyerap dan memperlambat aliran air. Dalam situasi ekstrem seperti hujan deras, air tak punya pilihan selain mengalir langsung dan meluap ke permukiman.”

Apa yang terjadi di Kali Baleha adalah sinyal darurat bagi kita semua. Bukan hanya bencana fisik, tetapi juga bencana ekologis yang dihasilkan dari kelalaian manusia terhadap keseimbangan alam.

Kita butuh intervensi cepat dari pemerintah daerah dalam bentuk rehabilitasi DAS (Daerah Aliran Sungai), penanaman kembali pohon-pohon pelindung di hulu dan tepi sungai, serta penataan ruang yang memperhatikan daya dukung lingkungan.

Dalam kondisi darurat seperti yang terjadi malam ini, kita tentu berharap bahwa kejadian serupa tidak terus berulang. Untuk itu, langkah cepat dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan, tidak cukup hanya pada saat tanggap bencana, tetapi juga dalam merancang dan mengeksekusi kebijakan pencegahan jangka panjang.

Salah satu kebutuhan mendesak yang harus diprioritaskan adalah pembangunan talut pengaman dan jembatan permanen di Kali Baleha.

Jembatan Kali Baleha sejatinya pernah dibangun oleh pemerintah daerah beberapa tahun lalu, namun sayangnya proyek tersebut mangkrak dan tidak pernah rampung hingga kini.

Sisa-sisa konstruksinya masih tampak, menjadi monumen sunyi dari perencanaan yang tidak berkelanjutan. Warga Baleha tentu tidak lupa-karena infrastruktur yang tak selesai ini bukan hanya soal anggaran yang terbuang, tapi juga menyangkut keselamatan dan mobilitas masyarakat.

Tanpa jembatan yang kokoh dan talut penahan di sekitar aliran sungai, desa ini akan terus menjadi langganan banjir luapan. Ketika musim hujan datang, warga hidup dalam kecemasan.

Anak-anak harus ekstra hati-hati ke sekolah, orang tua takut rumah mereka terendam, dan akses ke titik-titik ekonomi desa menjadi terhambat.

Pembangunan talut dan jembatan bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi jembatan kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Jika dibangun dengan serius, transparan, dan tepat guna, itu akan menjadi simbol hadirnya Pemerintah Daerah dalam melindungi warganya.

Baleha tidak butuh janji baru tetapi yang butuhkan adalah keberanian untuk menuntaskan yang pernah dimulai dan menyelesaikan yang selama ini dibiarkan terbengkalai.

Saya berharap semoga luapan kali baleha malam ini tidak menelan korban jiwa maupun harta, berikut semangat gotong royong yang malam ini terlihat di tengah derasnya hujan dan banjir juga menjadi semangat kita bersama untuk mulai berpikir serius soal lingkungan. Karena tanpa alam yang sehat, desa baleha akan terus berada dalam bayang-bayang bencana.

Fagudu; 6 April 2025

Penulis: Akademisi STAI Babussalam Sula

banner 728x90

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *